Rabu, 27 April 2011

Tersadar...

Ini adalah flash fiction yang dimuat di Buletin angkatan... Maaf ya kalo kurang bagus atau gimana... Jarang banget bikin cerita yang pendek banget alias flash fiction... hehe



Suara alarm mengusik kenyamanan tidurku. Dengan malas, aku mencari keberadaan hapeku. Hah? Jam sembilan lewat? Sentakku. Dengan segera aku berlari ke kamar mandi dan menyerobot antrian.

“Sesi satu nih... duluan ya kak?” kataku sambil membungkuk-bungkuk minta maaf ma kakak tingkat yang mau mandi.

Dengan segera, aku masuk ke kamar mandi setelah mendapat anggukan dari kakak itu. Setelah mandi superkilat dan berganti pakaian yang super duper kilat, aku segera berlari ke kampus.

“Jadi kalian sudah paham tentang cluster sampling? Ada pertanyaan?” suara dosen MPC Praktekku terdengar dari luar kelas.

Dengan takut-takut, aku mengetuk pintu kelas. Semua mata di kelas menatapku tak percaya, sedetik kemudian teman-temanku tertawa.

“Ngapain kamu dateng Nu? Udah mau selesai ini.” Kata seorang temanku sambil tertawa. Aku tak menghiraukan kata-katanya. Aku langsung menghadap dosenku yang sedang mengetik sesuatu di komputer. Beliau tak menatapku sedikitpun.

“maaf pak saya terlambat.” Kataku sambil menunduk. Hari ini, AC di ruangan ini terasa lebih dingin daripada biasanya.

Beliau tak menjawab. Bahkan beliau seperti tak mendengar ucapanku barusan.

“Pak... maaf saya...”

“Nanti setelah saya membubarkan kelas, kamu harus menghadap saya ke ruangan saya! Sekarang kamu tunggu di luar saja” kata bapak dosen itu tanpa menatapku.

Aku berjalan keluar kelas dengan gontai, teman-teman menatap dengan iba padaku.

Lima menit kemudian

“Kamu tau kesalahan kamu apa?”

“Tau pak” jawabku sambil menundukkan kepala dalam-dalam.

“Sudah berapa kali kamu terlambat?”

“Saya minta maaf pak.” Aku tak berani menjawab pertanyaan ini. Hampir setiap hari aku terlambat. Dan ini kedua kalinya aku terlambat seperah ini.

“Baiklah, kamu saya maafkan asal kamu saya bisa mengerjakan tugas yang saya berikan. Pergi ke daerah Kubcin! Lakukan penelitian terhadap anak-anak yang bersekolah! Cari ide sendiri penelitian yang akan kamu lakukan. Saya tunggu tugasnya minggu depan. Kalau kamu tidak bisa mengumpulkan tepat waktu, kamu tidak akan saya ijinkan ikut UTS.”

“Baik pak, saya mengerti” jawabku.

Di luar ruangan beliau, aku tertunduk lesu. Bagaimana ini? Aku tidak mengerti bagaimana aku akan mengerjakan tugas ini.

Sore harinya

Aku hanya tertunduk lesu di kamar. Aku tak tau harus meneliti tentang apa. Kubuka buku Teknik Penarikan Sampel karangan Cochran dan Theory and Analysis of Sampel Survey Design karangan Daroga Singh. Kedua buku itu masih kaku dan berdebu. Tak pernah kusentuh sejak semester 3.

“arrgh... Kalo buku-buku kayak gini dibikin komik pasti gampang dimengerti.” Teriakku. Eh, tapi aku punya sedikit ide, pikirku. Aku segera ganti baju dan pergi ke Kubcin.

Di Kuburan Cina, Jakarta Timur

Aku terhenyak menatap pemandangan di daerah ini. Selama ini aku hanya meliihat Jakarta dari sisi glamour nya saja. Meski aku tau ada pemukiman kumuh, tapi itu hanya kulihat dari tv. Tapi sekarang, pemandangan itu nyata di depan mataku.

Setelah menemui RT setempat, aku diajak berkeliling di daerah ini. Setelah mencatat hal-hal yang penting aku segera pamit pulang ke kos.

Seminggu kemudian

“Ini pak tugas saya” kataku sambil menyerahkan map berisi hasil penelitianku selama seminggu kemarin.

“Hmmm... jadi Nuha kesimpulan apa yang kamu dapatkan?” tanya pak dosen sambil melihat-lihat laporanku.

“Dengan menggunakan Rasio estimator dimana y adalah jumlah anak usia sekolah di Kubcin yang masih sekolah dan x adalah jumlah anak usia sekolah di Kubcin dapat disimpulkan bahwa...”

“Bukan itu yang saya maksudkan! Kalau hal itu saya bisa membaca di laporan kamu ini. Pelajaran apa yang kamu dapat?” tanya beliau sambil menatap wajahku lekat-lekat.

“Pelajaran pak? Saya merasa malu pak. Saya bisa menikmati pendidikan dengan gratis, bahkan dapat uang saku setiap bulan, tapi selama ini saya menyia-nyiakan hal itu. Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dan tidak belajar.” Jawabku sambil menunduk.

“tidak semua orang seberuntung kamu. Tidak semua orang bisa menikmati indahnya ilmu. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan kamu mulai sekarang. Mengerti?”

“Mengerti pak!” jawabku mantap. Ada sebuah semangat baru yang tumbuh. Tugas ini telah membuka mata hatiku yang selama ini tertutup oleh games.

Sore harinya

“Kak Nuha...” teriak anak-anak itu menyambutku. Aku pun tersenyum dan segera membagikan sedikit roti dan susu yang kubawakan khusus untuk mereka.

Cheerz.Rein ^^

2 komentar:

  1. apa ya... kok kaya temen saya ya karakter si "Nuha" itu.. hiihiihihi..
    -aiera-

    BalasHapus
  2. hmmmm...
    temen yang mana ya neng???
    wkwkwkw

    BalasHapus